Sunday, November 3, 2013

Escape Plan; an entertaining mess

Sylvester Stallone dan Arnold Schwarzenegger adalah dua aktor film action yang sangat populer di tahun 80an, masih ingat dengan Rambo, Rocky, Conan dan Terminator? Well i do! And i love those movies! Kolaborasi mereka dalam film The Expendables bisa dibilang mengecewakan dan awalnya saya sempat berfikiran yang sama untuk film Escape Plan. I was wrong.. Sly adalah Ray Breslin yang pekerjaannya keluar masuk penjara, bukan karena ia seorang kriminal melainkan karena ia memang dibayar untuk kabur dari penjara. Keahliannya ini memang unik dan cukup mahal biayanya karena bisa memberikan koreksi untuk fasilitas penjara demi meningkatkan keamanannya. Suatu saat ada sebuah tawaran dari klien misterius (CIA) yang menawarkan bayaran tinggi untuk membobol sebuah penjara dengan tingkat keamanan paling ketat dan benar saja, saat Breslin masuk, ia kehilangan kontak dengan dunia luar sama sekali. Seorang tahanan bernama Rottmayer (Schwarzenegger) mengamati Ray yang sedang mencari jalan keluar dan ia menawarkan diri untuk membantu dan mereka berdua pun mengatur rencana pelarian. Sutradara asal Swedia Mikael Hafstrom tahu bagaimana caranya membuat penonton bernostalgia, karena ceritanya yang biasa saja maka kekuatan film ini jelas berada di tangan Sly dan Arnie, tanpa kehadiran mereka berdua film Escape Plan lebih cocok rilis langsung dalam bentuk home video. Bagi Anda yang kangen dengan film action 80 dan 90an dengan segala ke-klise-annya film ini akan mengobati kangen Anda. Memang sih.. Sly dan Arnie sudah terlihat sangat tua karena keriput mereka terlihat jelas di layar namun mereka terlihat enjoy dengan apa yang mereka lakukan (tanpa banyak beradegan aksi), it's not a problem for me. Saya cukup menikmati penampilan mereka berdua dengan segala kekurangannya. Singkat kata, Escape Plan adalah film action comedy kacau balau yang menghibur...

It scores 7 outta 10!


Posted via Blogaway

Saturday, November 2, 2013

Captain Phillips; next Oscar for Hanks

Bila Anda mendengar kata perompak atau bajak laut mungkin sebagian besar akan membayangkan bendera hitam bergambar tengkorak serta pelaut yang berpakaian lusuh tapi khas layaknya Jack Sparrow. For your information.. pada tahun 2009 telah terjadi perompakan kapal kargo milik perusahaan Maersk yang berlayar di perairan Somalia dan tidak ada bendera tengkorak disana. Kapal Maersk Alabama berlayar dibawah pimpinan Capt. Richard Philillps (Tom Hanks) dengan bantuan Shane Murphy (Michael Chernus) sebagai second in command-nya. Kejadian yang tidak mereka inginkan terjadi dengan cepat, kapal mereka dinaiki dengan paksa oleh empat orang perompak dari Somalia yang dipimpin Muse (Barkhad Abdi). Phillips mencoba menjalankan prosedur yang sudah ada jika kapal mereka mengalami kejadian seperti ini, meskipun mereka tidak memiliki bantuan militer satupun diatas geladak kapal. Prioritas Phillips adalah keselamatan awak kapal dan muatan kargo kapalnya, hal inilah yang membuat ia akhirnya disandera dalam sebuah kapal penyelamat (lifeboat) bersama empat perompak Somalia. Sebelum mereka tiba di Somalia, militer Amerika harus segera mengambil tindakan dimulai dari negosiasi uang hingga akhirnya jalan kekerasan. Sutradara Paul Greengrass yang pernah membuat film Bourne Ultimatum dan United 93 berhasil membuat film Captain Phillips ini dengan sangat apik. Gaya sinematografinya yang sangat dinamis (baca: gak bisa diem) memang jadi ciri khasnya, bisa diaplikasikan dengan baik, apalagi memang settingnya yang berada di atas air berombak. Gaya penceritaannya memang agak lambat di awal namun itu hanya berlangsung kurang dari 30 menit, setelah itu ketegangan akan terus berlanjut dan memuncak di akhir film. Barkhad Abdi yang baru pertama kali tampil sebagai aktor secara profesional tampil dengan alami sebagai Muse sang pimpinan perompak. Tom Hanks sendiri tampil memukau terutama dibagian endingnya yang menguras emosi. Overall.. it's a must see movie!

It scores 8 outta 10!


Posted via Blogaway

Cloudy 2; a jurassic parody!

Sedikit orang yang tahu kalau kisah Cloudy With a Chance of Meatballs berasal dari buku anak-anak karya Judi dan Ron Barret yang pernah beredar tahun 1978. Tapi Anda pasti tahu dan masih ingat film animasinya yang rilis tahun 2009 dan mendapat sambutan yang cukup baik. Sambutan baik itu sudah pasti akan menghasilkan sequel layaknya film-film Hollywood yang lain. Cloudy With a Chance of Meatballs 2 hadir melanjutkan akhir kisah film pertamanya dimana Flint Lockwood (Bill Hader) baru saja melumpuhkan mesin FLDSMDFR (Flint Lockwood Diatonic Super Muatating Dynamic Food Replicator) yang memporakporandakan kampung halamannya, Shallow Falls. Berkat usahanya tersebut ia di tawarkan bekerja bersama Chester V (Will Forte), seorang ilmuwan lebay idola Flint yang memiliki sebuah perusahaan inovasi bernama Live Corp. Chester menawarkan untuk membantu memulihkan Shallow Falls dan selama pembersihan berlangsung semua warga diungsikan ke San Franjose. Rupanya Chester memiliki agenda tersembunyi yang melibatkan mesin FLDSMDFR untuk kepentingan pribadi dan Flint dipengaruhi Chester hingga rela meninggalkan teman-temannya. Jika dibandingkan dengan film pertamanya maka akan terlihat penurunan kualitas cerita, emosi yang kurang tergali, pendalaman karakter yang nyaris tak ada dan dialog-dialog yang cheesy. Teknik animasinya masih cukup bagus malah sangat menghibur mata, apalagi banyak karakter tamu yang baru dalam bentuk makanan 'hidup', malah menurut saya para 'makanan hidup' inilah yang menjadi bintang utama film ini. Penggemar berat film pasti akan mengatakan bahwa film ini mirip dengan film Jurassic Park, Anda gak salah karena memang demikian adanya, bahkan hingga ke adegan-adegan memorable yang melibatkan T-Rex hanya saja di film ini yang muncul adalah tacosaurus. Dibalik semua kekurangan dan 'kelebihan gaya' (baca: lebay) karakternya, film ini pas untuk hiburan bersama keluarga, lucu dan memanjakan mata.

It scores 5 outta 10!


Posted via Blogaway

Sunday, October 13, 2013

Prisoners; Maze of thrills


                                     

Nama sutradara Denis Villeneuve mungkin asing ditelinga Anda, namun setelah menyaksikan film Prisoners ini saya yakin Anda gak akan melupakannya. Sebenarnya sudah banyak film thriller tentang penculikan anak yang dibuat Hollywood hanya saja yang satu ini agak beda. Jika Anda penggemar kisah drama kriminal (let's say.. Like.. CSI.. or Criminal Minds?) kemungkinan besar Anda akan menikmati film ini, tapi bila Anda pecinta film action dan berharap film ini mirip film Taken ya bersiaplah untuk terkantuk-kantuk.
Keller Dover (Hugh Jackman) dan istrinya, Grace (Maria Bello) memiliki seorang putra bernama Ralph (Dylan Minnette) dan putri bernama Anna (Erin Gerasimovich) yang masih kecil. Mereka berkunjung ke rumah keluarga Franklin Birch (Terrence Howard) yang tak jauh dari rumah mereka untuk merayakan Thanksgiving bersama. Saat dua putri mereka, Anna dan Joy bermain diluar dan tidak kembali, membuat keluarga Dover dan Birch menjadi panik. Ralph sempat melihat sebuah kendaraan RV yang parkir tak jauh dari rumah mereka dimana ia melihat Anna dan Joy bermain disitu, dan kini mobil RV itu lenyap dan dikhawatirkan menculik Anna dan Joy. Detektif Loki (Jake Gyllenhaal) ditugaskan menangani kasus hilangnya Anna dan Joy, selama ini semua kasus yang ditanganinya selalu berhasil dipecahkan. Penangkapan Alex Jones (Paul Dano) yang memiliki RV yang dicari mengalami jalan buntu, Jones ternyata memiliki IQ yang sama dengan anak usia 10 tahun dan diasumsikan tidak dapat melakukan penculikan. Dover yang tidak percaya dan yakin kalau Jones menculik anaknya, melakukan tindakan main hakim sendiri, ia menculik Jones dan menyiksanya demi mengetahui keberadaan putrinya. Padahal Loki menemukan tersangka lain yang lebih mampu melakukan penculikan dan gerak geriknya yang memang mencurigakan.
                                 
Untuk sebuah drama thriller film Prisoners termasuk salah satu yang berhasil membuat penontonnya tak bergeming (maksudnya untuk Anda penggemar kisah drama kriminal ya..). I have a little daughter and this movie gave me an emotional impact... Selama lebih dari 2 jam film ini memberikan ketegangan dari awal hingga akhir. Penceritaannya sangat detail dan efektif, setiap adegan memiliki arti untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tidak ada twist yang mengagetkan meskipun kepingan-kepingan puzzlenya cukup rumit, kemungkinan besar Anda bisa menebak pelakunya sebelum dipaparkan, namun hal itu tidak akan mengurangi kenikmatan menonton. Performance para pemainnya juga luar biasa, mereka semua tampil prima, dari awal hingga akhir dan inilah salah satu faktor kekuatan film ini selain cerita dan sinematografinya yang gloomy. Overall.. film ini wajib ditonton bagi Anda yang ingin melakukan character study dan tentu saja para penggemar kisah drama kriminal yang haus akan kisah yang cerdas.

It scores 8 outta 10!

Runner Runner; Bad thriller

Selain aktif bernyanyi, Justin Timberlake mulai giat main film. Terakhir kali saya menyaksikan Timberlake melakoni peran utama adalah film sci-fi berjudul In Time beberapa waktu lalu. Kini ia memerankan Richie Furst, seorang mahasiswa di Princeton University yang punya sambilan menjadi calo 'online poker'. Berhubung judi (dalam bentuk apapun) dilarang dalam kampus, Richie mendapat ancaman dari dekan bila ia tidak berhenti mengajak teman-teman sekampusnya untuk berjudi online maka ia akan dikeluarkan dari kampus. Padahal fee yang ia dapatkan selama ini dikumpulkan untuk membayar kuliahnya. Dengan tabungan yang tersisa ia nekat mengikuti judi online poker dengan harapan mendapatkan untung besar sehingga bisa digunakan untuk biaya kuliah. Ia kalah dan semua uangnya lenyap. Richie yang memang cerdas tahu bahwa ia dicurangi dan ia bisa membuktikannya pada Ivan Block (Ben Affleck) si pemilik website judi Midnight Black yang kini berada di Costa Rica. Ivan menghargai laporan statistik Richie yang cukup cerdas, ia malah menawarkan Richie pekerjaan mengelola website judi online miliknya dengan janji penghasilan yang melimpah. Tergiur dengan uang yang banyak membuat Richie lengah, selain dibuntuti FBI ia pun sedang dimanfaatkan Ivan sebagai kambing hitam. Bila ia tidak segera menemukan jalan keluar maka nasibnya akan berakhir di penjara. 
Film Runner Runner karya Brad Furman yang diproduseri Leonardo DiCaprio ini bisa dibilang melempem. Ceritanya sih punya potensi untuk menjadi tontonan yang bagus hanya sayang eksekusinya kurang maksimal. Timberlake berusaha keras tampil bagus meskipun hasilnya biasa saja. Gemma Arterton yang memerankan Rebecca hanya sebagai pemanis tempelan, beda dengan Anthony Mackie yang mencuri perhatian sebagai agen Shavers dari FBI. Yang paling menyebalkan adalah Ben Affleck, entah perasaan saya doang atau dia terlihat malas berakting, performancenya amat buruk. Hal itu dan gaya penceritaan penulis Brian Koppelman & David Levien yang membosankan membuat film ini mudah dilupakan...

It scores 4 outta 10!


                             

Sunday, October 6, 2013

GRAVITY; Beautiful cinematic experience

Di angkasa luar tidak ada apa-apa, kalimat pembuka film ini akan mengingatkan kita akan sebuah fakta ilmiah yang tidak bisa dibantah; "life in space is impossible". Namun begitu bukan berarti manusia gak bisa pergi ke luar angkasa. Dr Ryan Stone (Sandra Bullock) adalah seorang bio-medical engineer yang baru pertama kali melakukan misi di luar angkasa. Ditemani Matt Kowalski (George Clooney) yang sudah berpengalaman, Ryan harus memperbaiki satelit Hubble Space Telescope yang mengalami gangguan. Ditengah proses perbaikan, mereka diperingatkan oleh mission control di Houston (suaranya Ed Harris) bahwa ada banyak puing-puing melaju ke arah mereka dengan kecepatan tinggi. Dengan kondisi tanpa gravitasi, bukanlah hal yang mudah untuk menyelamatkan diri. Premisnya memang cukup simpel dan tema survival atau berjuang untuk hidup sudah sangat sering diangkat oleh banyak film, lalu apa yang membedakan film ini dengan yang lain? Jawabannya akan Anda dapatkan setelah Anda menyaksikannya sendiri. Sutradara Alfonso Cuaron saya nobatkan sebagai salah satu sutradara favorit saya setelah ia menyelesaikan film Harry Potter and The Prisoner of Azakaban, hingga saat ini menurut saya itu adalah film Harry Potter terbaik dari semua film HP yang berjumlah total 8 jilid. Alfonso Cuaron menulis kisah film Gravity ini bersama anaknya Jonas Cuaron dengan budget $ 80 juta serta mulai produksinya tahun 2011 lalu. Film ini memiliki kelebihan dalam hal penyutradaraan, production design, visual effect dan yang paling juara yaitu sinematografi karya Emmanuel Lubezki. Untuk mengerti kelebihan-kelebihan yang saya maksud, tentu saja sekali lagi saya katakan Anda harus menyaksikannya sendiri. Saran saya, saksikan film ini di bioskop karena layarnya yang lebar, Anda tidak akan mendapatkan keindahan film ini dilayar televisi (apalagi tablet), jika ada budget lebih tontonlah versi 3Dnya, jika ingin mendapatkan efek yang maksimal saksikanlah di layar IMAX. Buat saya pribadi, menyaksikan Gravity sekali tidaklah cukup karena film ini memberikan pengalaman 'indah' yang ingin saya alami berulang kali. This is my most beautiful and thrilling cinematic experince since James Cameron's Avatar... bahkan James Cameron sendiri mengatakan bahwa Gravity adalah film yang hebat. Dan saya sangat setuju.

It scores 9 outta 10!

Wednesday, October 2, 2013

RUSH; Formula 1's greatest racing rivals


James Hunt (Chris Hemsworth) dan Niki Lauda (Daniel Bruhl) pertama kali bertemu dalam arena balap Formula 3 tahun 1970 di Inggris, mobil balap mereka saling bersinggungan dan nyaris mengalami kecelakaan. Arena balap Formula 3 rupanya tidak cukup untuk Lauda, ia ingin jadi juara di liga yang lebih besar yaitu Formula 1. Berbekal kegigihan, kepandaian mengotak-atik mesin dan pinjaman dari Bank membuat Lauda berhasil mengikuti kompetisi balap bergengsi ini, ia bahkan berhasil masuk dalam team Ferrari dan menjadi juara dunia tahun 1975. Hunt yang selalu berada di posisi kedua bertekad untuk mengalahkan Lauda dan perebutan juara dunia tahun 1976 jadi arenanya. Saat balapan German Grand Prix Lauda mengalami kecelakaan yang cukup fatal. Ia mengalami luka bakar parah dan paru-paru penuh racun akibat terlalu lama terjebak dalam mobilnya yang terbakar. Selama enam minggu terbaring di rumah sakit, ia menyaksikan Hunt di televisi memetik beberapa kemenangan yang tidak bisa diikutinya. Tekadnya mengalahkan Hunt justru menjadi pemicu semangatnya untuk bisa kembali balapan dan ia nekat melakukannya di Italian Grand Prix meskipun tidak menduduki posisi pertama. Japanese Grand Prix menjadi klimaks perseteruan mereka di arena balap Formula 1, dengan kondisi cuaca yang buruk dan jalanan yang licin serta berbahaya, nyawa dan reputasi mereka dipertaruhkan demi menjadi juara dunia. Film Rush karya sutradara Ron Howard ini diangkat dari kisah nyata tentang perseteruan yang populer di arena F1 antara James Hunt dan Niki Lauda di tahun 70an. Saya pribadi bukan penggemar F1 tapi film ini jelas jadi character study yang bagus bagi siapapun yang menyaksikannya, entah Anda pecinta F1 maupun bukan. Mereka berdua masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan yang tanpa mereka sadari membuat mereka saling iri satu sama lain tanpa pernah memperlihatkannya. Hemsworth dan Bruhl bermain sangat apik, bahasa tubuh dan sorot mata mereka menampilkan emosi yang pas denga  karakter yang mereka bawakan. Dari sisi teknis, acungan jempol perlu diberikan untuk sinematografer Anthony Dod Mantle yang memberikan visuliasasi balapan F1 dengan classy sekaligus menegangkan. Ron Howard memang gak main-main dalam merekonstruksi apa yang terjadi di Arena Formula 1 selama perseteruan balapan antara Hunt dan Lauda. Overall... selain indah dan menghibur, film ini akan menginsiprasi Anda tentang arti kehidupan dari sebuah pekerjaan yang menantang kematian. 

It scores 8 outta 10!

Posted via Blogaway

Posted via Blogaway


Posted via Blogaway